Sejak tanggal 22 Januari lalu ada drama baru yang diputar di SBS, tayang setiap Sabtu dan Minggu jam 21.50 waktu Korea. Judulnya New Tales of Gisaeng (Singisaengdyeon). Kalau dilihat dari posternya kita rasanya akan menyimpulkan ini adalah drama bergenre saeguk seperti Hwang Jini atau Merchant Kim Mandeok. Tapi ternyata, tidak begitu lho saudara-saudari.
New Tales of Gisaeng adalah drama besutan sutradara Son Moonkwon (pernah andil dalam drama Love in Heaven, 2005). Berkisah tentang seorang mahasiswi jurusan tari tradisional berbakat bernama Dan Saran, diperankan oleh Im Soohyang (main juga di Paradise Ranch). Karena bakat dan daya tarik yang dimilikinya ia sampai ditawari untuk menjadi pengajar tari di Buyonggak, satu-satunya rumah gisaeng prestisius yang tersisa di seantero Korea (ceritanya lho!!). Berbakat, cantik, cerdas, 3 kriteria yang diidamkan banyak pria. Tapi ada satu hal, Dan Saran bukanlah gadis dari keluarga kaya, bangsawan atau konglomerat. Karena hal ini maka ia menjadi sedikit tertutup dan tidak percaya diri.
Baru 2 episode yang saya tonton, agak sedikit down waktu baca ulasannya di beberapa situs drama Korea, karena ternyata drama ini masih akan tayang hingga Juli 2011 lantaran durasinya dibuat sampai 50 episode (panjang yaa!?!). Waktu pertama kali nonton, atmosfir yang saya rasakan mirip ketika dulu di awal nonton Giant dan Flames of Desire. Mungkin karena sama-sama berdurasi panjang. Agak sedikit membosankan bagi saya karena scene-nya didominasi oleh masalah orang-orang tua, bahkan Dan Saran yang jadi tokoh utamanya saja belum terlalu banyak muncul. Tapi terima kasih ada kisah Dan Saran-Ah Damo, jadi sedikit lebih seru, hehe.
Ini dia nih Im Soohyang, disini berperan sebagai Dan Saran, mahasiswi berbakat di jurusan tari. Bukan putri dari keluarga kaya atau bangsawan, ibu kandungnya sudah meninggal dan ayahnya pun menikah lagi. Punya seorang adik perempuan bernama Dan Gongjoo. Bersahabat dengan 3 orang gadis jurusan tari lainnya, namun diantara mereka semua ia lebih bersinar lantaran bakat, kecantikan dan ketulusan yang ia miliki. Karena latar belakangnya yang bukan dari keluarga berada, ia kadang menjadi tertutup dan tidak percaya diri, bahkan sampai tidak berani menunjukkan perasaannya pada Ah Damo (kalau bahasa gampangnya mah, minder gitu).
Bagi yang mengikuti Paradise Ranch, ada Im Soohyang juga lho disitu, berperan sebagai Lee Daeun. Pernah juga muncul di filmnya Yoo Seungho, 4th Period Mystery tahun 2009 dulu. Sebagai mahasiswi perfect disini aktingnya cukup oke lah.
Nah kalau ini adalah Seong Hoon, yang berperan jadi Ah Damo. Seorang anak yang tidak begitu dipedulikan sama ayahnya dan harus bersaing dengan seekor anjing bernama Andrew untuk mendapat pengakuan ayahnya itu (ada ya orang yang lebih perhatian sama hewan peliharaan daripada anaknya sendiri, ckckck!). Ah Damo bertemu Dan Saran pertama kali waktu Dan Saran ke rumah Damo memenuhi panggilan untuk menari di depan nenek Damo. Tak disangka mereka bertemu lagi di sebuah arena ski yang membuat keduanya makin saling penasaran. Tapi ya itu tadi, karena perbedaan latar belakang membuat kisah mereka jadi muter-muter dan tidak mulus sama sekali. Kita tunggu saja bagaimana alur akan membawa kisah mereka ya. Kalau diamati lebih jauh, Seong Hoon ini sepertinya aktor baru, mungkin ini debut pertamanya, karena belum pernah tuh saya lihat orang ini di suatu drama sebelumnya.
Satu lagi tokoh penting di drama ini, adalah Han Hyerin yang berperan sebagai Geum Rara, salah satu sahabat Dan Saran tetapi sering iri akan keberhasilan orang lain. Tidak mau kalah, harus dituruti apa maunya, termasuk ketika dia juga suka sama Ah Damo. Ketika Dan Saran mendapat tawaran untuk bergabung di Buyonggak ia pun sedikit tidak terima lantaran merasa lebih cantik dan menarik dari Dan Saran (kayaknya jelek semua ya, maaf ya Rara, hehe). Yang membuat ia sedikit di atas angin adalah latar belakangnya yang berasal dari keluarga kaya, sehingga jika sedikit-sedikit menginginkan sesuatu dapat dengan mudah ia dapatkan. Mungkin perkecualian adalah Ah Damo. Drama ini sepertinya memang dihujani oleh bintang-bintang baru, termasuk Han Hyerin. Walaupun sudah pernah muncul di the Lawyers of the Great Republic of Korea dan General Hospital 2, tetapi masih tetap juga belum familiar, betul?
Selain ke-3 orang diatas, masih ada lagi bintang-bintang lain yang sudah cukup kita kenal. Ada Kim Hyeseon (yang jadi ibunya Janggeum) dan Kim Boyeon (kalau ini mah lumayan banyak dramanya).
Meskipun ternyata drama ini bukan saeguk, tetapi boleh juga kalau dilirik. Walaupun bagi saya tidak se-excited ketika nonton Daemul atau Dong Yi (yang sama-sama panjang), akan saya coba ikuti dulu. Harmoni indah hanbok akan cukup banyak ditemukan dan menjadi salah satu instrumen keindahan penghias drama ini. Selamat menunggu bagi yang ingin punya dvdnya, karena perjalanan masih sangat panjang (sampai Juli lho!). Fighting!!
P.S: semua gambar yang ada disini diambil dari hancinema.net
Thursday, 17 February 2011
Wednesday, 2 February 2011
Empat Jempol untuk Sign
Sudahkah Anda menonton Sign? Drama baru dari SBS yang menggantikan Daemul, sudah diputar sejak 5 Januari lalu di negeri aslinya. Drama ini berkisah tentang idealisme seorang dokter ahli forensik yang mengabdikan dirinya pada National Scientific, Criminal and Investigation Laboratory atau yang lebih keren dengan sebutan National Forensic Security (NFS). Seorang ahli forensik yang terus berupaya menemukan kebenaran dari tubuh-tubuh yang telah tak bernyawa, tanpa terpengaruh oleh "angin kencang" di sekitarnya aka power (lebih vulgar lagi adalah suap, nepotisme dkk).
Agak sedikit menakutkan bagi saya untuk menonton drama ini karena ada scene membedah tubuh mayat di dalamnya, dan hampir tidak disensor. Tapi kalau bicara soal misterinya, ini kesukaan saya sekali. Sampai hari ini saya baru menonton 3 episode, namun cukup membuat saya tertarik untuk terus mengikuti jalan ceritanya. Di Korea sendiri kabarnya drama ini disambut baik, buktinya tanggal 28 Januari lalu mampu memimpin kompetisi semua drama yang sedang diputar dengan perolehan rating tertinggi sebesar 17.7 %.
Yang menarik dalam drama ini adalah, sekali lagi Anda akan menemukan banyak pelajaran sama halnya ketika Anda menonton Daemul atau Partner. Bahwa sering sekali kita menemukan realita itu tidaklah sama dengan seperti yang kita harapkan. Ingat Das Sein dan Das Solen kan? Kurang lebih begitulah. Dan kadang-kadang untuk bisa mempertahankan nilai-nilai yang kita yakini itu tidaklah mudah, selalu saja ada yang mengganggu.
Disini kemudian saya juga jadi ingat tentang konsep Conscientizacao milik Paulo Freire. Ketika ada seorang polisi, atau dokter, atau apa pun profesinya, yang begitu idealis berpegang pada kebenaran justru hidup susah, dikucilkan dari pekerjaannya atau malah dianggap sebagai pihak yang salah, pada siapa kita seharusnya meminta pertanggungjawaban? Bukan tempatnya menyalahkan diri sendiri, kawan, tapi Freire mengatakan tuntutlah sistemnya. Dan saya harus akui, Freire ada benarnya. Kita mungkin bisa jungkir balik mencari dan memperjuangkan kebenaran, tapi ketika sistem tidak mendukung kita, habislah sudah. Itu yang dinamakan realita.
Begitulah kira-kira yang dapat saya tangkap dari beberapa episode awal Sign. Ada kisah para senior yang sudah 40 tahun mengabdi untuk kebenaran, namun pada akhirnya harus "menyerah" pada desakan yang menentang misi baiknya. Ada yang kemudian memilih mundur dari jabatannya karena merasa itulah satu-satunya pilihan. Ada pula yang kemudian tergoda untuk menjadi sejahtera dan akhirnya menggadaikan keyakinannya. Semua kembali pada diri kita, seberani apa kita mengambil risiko dalam setiap keputusan.
Namun, kawan, tidak semua penghuni bumi adalah setan. Meski hanya satu atau dua kita masih bisa menemukan sosok-sosok hebat yang mampu mempertahankan idealismenya. Dalam Sign, ini digambarkan pada si tokoh utama, Yoon Ji Hoon (Park Shin-yang), yang sampai akhir tetap memegang teguh nilai-nilai yang diyakininya, meski kemudian harus dimutasi dan dihancurkan karirnya (agak mirip dengan kisah Ha Do-ya ya?).
Jadi, kawan-kawan, tidak ada salahnya menonton drama ini. Meski kadar romance-nya mungkin sedikit, tapi tidak mengecewakan kok. Banyak hal yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dari drama besutan sutradara Jang Hang-joon ini. Four thumbs up dari saya untuk drama ini.
Agak sedikit menakutkan bagi saya untuk menonton drama ini karena ada scene membedah tubuh mayat di dalamnya, dan hampir tidak disensor. Tapi kalau bicara soal misterinya, ini kesukaan saya sekali. Sampai hari ini saya baru menonton 3 episode, namun cukup membuat saya tertarik untuk terus mengikuti jalan ceritanya. Di Korea sendiri kabarnya drama ini disambut baik, buktinya tanggal 28 Januari lalu mampu memimpin kompetisi semua drama yang sedang diputar dengan perolehan rating tertinggi sebesar 17.7 %.
Yang menarik dalam drama ini adalah, sekali lagi Anda akan menemukan banyak pelajaran sama halnya ketika Anda menonton Daemul atau Partner. Bahwa sering sekali kita menemukan realita itu tidaklah sama dengan seperti yang kita harapkan. Ingat Das Sein dan Das Solen kan? Kurang lebih begitulah. Dan kadang-kadang untuk bisa mempertahankan nilai-nilai yang kita yakini itu tidaklah mudah, selalu saja ada yang mengganggu.
Disini kemudian saya juga jadi ingat tentang konsep Conscientizacao milik Paulo Freire. Ketika ada seorang polisi, atau dokter, atau apa pun profesinya, yang begitu idealis berpegang pada kebenaran justru hidup susah, dikucilkan dari pekerjaannya atau malah dianggap sebagai pihak yang salah, pada siapa kita seharusnya meminta pertanggungjawaban? Bukan tempatnya menyalahkan diri sendiri, kawan, tapi Freire mengatakan tuntutlah sistemnya. Dan saya harus akui, Freire ada benarnya. Kita mungkin bisa jungkir balik mencari dan memperjuangkan kebenaran, tapi ketika sistem tidak mendukung kita, habislah sudah. Itu yang dinamakan realita.
Begitulah kira-kira yang dapat saya tangkap dari beberapa episode awal Sign. Ada kisah para senior yang sudah 40 tahun mengabdi untuk kebenaran, namun pada akhirnya harus "menyerah" pada desakan yang menentang misi baiknya. Ada yang kemudian memilih mundur dari jabatannya karena merasa itulah satu-satunya pilihan. Ada pula yang kemudian tergoda untuk menjadi sejahtera dan akhirnya menggadaikan keyakinannya. Semua kembali pada diri kita, seberani apa kita mengambil risiko dalam setiap keputusan.
Namun, kawan, tidak semua penghuni bumi adalah setan. Meski hanya satu atau dua kita masih bisa menemukan sosok-sosok hebat yang mampu mempertahankan idealismenya. Dalam Sign, ini digambarkan pada si tokoh utama, Yoon Ji Hoon (Park Shin-yang), yang sampai akhir tetap memegang teguh nilai-nilai yang diyakininya, meski kemudian harus dimutasi dan dihancurkan karirnya (agak mirip dengan kisah Ha Do-ya ya?).
Jadi, kawan-kawan, tidak ada salahnya menonton drama ini. Meski kadar romance-nya mungkin sedikit, tapi tidak mengecewakan kok. Banyak hal yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dari drama besutan sutradara Jang Hang-joon ini. Four thumbs up dari saya untuk drama ini.
-The living just can tell the lie, but only the dead can tell the truth-
Jeong Byeong-do on Sign, episode 3
(miris sekali ya, semoga kita bukan bagian dari yang hanya bisa berkata bohong)
Jeong Byeong-do on Sign, episode 3
(miris sekali ya, semoga kita bukan bagian dari yang hanya bisa berkata bohong)
Subscribe to:
Posts (Atom)