Wednesday, 2 February 2011

Empat Jempol untuk Sign

Sudahkah Anda menonton Sign? Drama baru dari SBS yang menggantikan Daemul, sudah diputar sejak 5 Januari lalu di negeri aslinya. Drama ini berkisah tentang idealisme seorang dokter ahli forensik yang mengabdikan dirinya pada National Scientific, Criminal and Investigation Laboratory atau yang lebih keren dengan sebutan National Forensic Security (NFS). Seorang ahli forensik yang terus berupaya menemukan kebenaran dari tubuh-tubuh yang telah tak bernyawa, tanpa terpengaruh oleh "angin kencang" di sekitarnya aka power (lebih vulgar lagi adalah suap, nepotisme dkk).

Agak sedikit menakutkan bagi saya untuk menonton drama ini karena ada scene membedah tubuh mayat di dalamnya, dan hampir tidak disensor. Tapi kalau bicara soal misterinya, ini kesukaan saya sekali. Sampai hari ini saya baru menonton 3 episode, namun cukup membuat saya tertarik untuk terus mengikuti jalan ceritanya. Di Korea sendiri kabarnya drama ini disambut baik, buktinya tanggal 28 Januari lalu mampu memimpin kompetisi semua drama yang sedang diputar dengan perolehan rating tertinggi sebesar 17.7 %.

Yang menarik dalam drama ini adalah, sekali lagi Anda akan menemukan banyak pelajaran sama halnya ketika Anda menonton Daemul atau Partner. Bahwa sering sekali kita menemukan realita itu tidaklah sama dengan seperti yang kita harapkan. Ingat Das Sein dan Das Solen kan? Kurang lebih begitulah. Dan kadang-kadang untuk bisa mempertahankan nilai-nilai yang kita yakini itu tidaklah mudah, selalu saja ada yang mengganggu.

Disini kemudian saya juga jadi ingat tentang konsep Conscientizacao milik Paulo Freire. Ketika ada seorang polisi, atau dokter, atau apa pun profesinya, yang begitu idealis berpegang pada kebenaran justru hidup susah, dikucilkan dari pekerjaannya atau malah dianggap sebagai pihak yang salah, pada siapa kita seharusnya meminta pertanggungjawaban? Bukan tempatnya menyalahkan diri sendiri, kawan, tapi Freire mengatakan tuntutlah sistemnya. Dan saya harus akui, Freire ada benarnya. Kita mungkin bisa jungkir balik mencari dan memperjuangkan kebenaran, tapi ketika sistem tidak mendukung kita, habislah sudah. Itu yang dinamakan realita.

Begitulah kira-kira yang dapat saya tangkap dari beberapa episode awal Sign. Ada kisah para senior yang sudah 40 tahun mengabdi untuk kebenaran, namun pada akhirnya harus "menyerah" pada desakan yang menentang misi baiknya. Ada yang kemudian memilih mundur dari jabatannya karena merasa itulah satu-satunya pilihan. Ada pula yang kemudian tergoda untuk menjadi sejahtera dan akhirnya menggadaikan keyakinannya. Semua kembali pada diri kita, seberani apa kita mengambil risiko dalam setiap keputusan.

Namun, kawan, tidak semua penghuni bumi adalah setan. Meski hanya satu atau dua kita masih bisa menemukan sosok-sosok hebat yang mampu mempertahankan idealismenya. Dalam Sign, ini digambarkan pada si tokoh utama, Yoon Ji Hoon (Park Shin-yang), yang sampai akhir tetap memegang teguh nilai-nilai yang diyakininya, meski kemudian harus dimutasi dan dihancurkan karirnya (agak mirip dengan kisah Ha Do-ya ya?).

Jadi, kawan-kawan, tidak ada salahnya menonton drama ini. Meski kadar romance-nya mungkin sedikit, tapi tidak mengecewakan kok. Banyak hal yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dari drama besutan sutradara Jang Hang-joon ini. Four thumbs up dari saya untuk drama ini.

-The living just can tell the lie, but only the dead can tell the truth-
Jeong Byeong-do on Sign, episode 3
(miris sekali ya, semoga kita bukan bagian dari yang hanya bisa berkata bohong)

No comments:

Post a Comment