Monday, 12 July 2010

Di Balik Sebuah "oyong"

Ada begitu banyak referensi nama bagi anak perempuan Indonesia, namun Oyong menjadi pilihan kedua orang tua saya. Oyong Dwi Cahyani. Kalau disebutkan lengkap seperti ini saya pikir sudah jelas bahwa saya perempuan. Tapi beberapa hari terakhir ini, sering sekali orang salah memanggil saya. Ada yang mas, ada yang pak. Memang sih kalau hanya Oyong, banyak juga yang memiliki nama ini, tapi kebanyakan laki-laki. Selain itu, setiap pertama kali berkenalan dengan orang baru, mereka kebanyakan langsung merespon, "Kok seperti nama sayur ya?". Karena keseringan orang memanggil saya kontra-jender dan respon "oyong sayur" itu, saya jadi kepikiran sendiri dengan nama saya. Ada apa sih dibalik sebuah kata "oyong"? Berikut ini adalah hasil penelusuran saya.

Oyong selama ini dikenal sebagai nama salah satu jenis sayuran yang cukup banyak dikonsumsi di Indonesia. Biasanya oyong dimasak dengan cara dibuat sop, dicampur bihun, dan dikuahi banyak-banyak biar nikmat dan segar. Bagi saya pribadi, kalau menyantap sop oyong, harus ditemani dengan sambal uleg cabe merah yang pedas. Pasti enak sekali. (srutup..srutup)

Dari republika.co.id, saya menemukan bahwa oyong, yang juga dikenal dengan gambas, bernama latin Luffa cylindrica. Bentuknya panjang, kulitnya hijau kasar, sedangkan daging buahnya putih halus dan lembut. Rasanya memang agak tawar, tapi justru itu cocok dipasangkan dengan beragam bahan makanan lain. Ada yang sering dengan jamur, tahu, bakso, bayam, atau cukup dengan bihun.

Di beberapa sumber lain ada juga yang mengatakan oyong atau gambas ini memiliki nama latin yaitu Luffa acutangula, termasuk ke dalam suku labu-labuan. Hampir sama dengan komoditas sayuran lainnya, oyong akan tumbuh subur jika dikembangkan di daerah pegunungan. Sayang, di negeri kita tercinta ini pembudidayaan oyong masih belum dilakukan secara baik. Oyong masih sekedar ditanam di pekarangan atau di bagian ladang yang tidak digunakan untuk tanaman lain. Mmm, bisa jadi ide nih buat bisnis di hari depan. Sudah Oyong makan oyong, boleh lah ditambah Oyong membudidayakan oyong.

Selain dimanfaatkan sebagai sayur dan santapan lezat, ternyata oyong juga memiliki beberapa khasiat dalam bidang pengobatan. Yang paling dikenal banyak orang adalah sebagai anti-diabetes. Ini dikarenakan oyong memiliki kandungan Cucurbitasin yang berfungsi untuk menurunkan kadar gula darah. Selain itu oyong juga dapat digunakan untuk mengobati radang usus, asma, cacingan, radang kelenjar telinga, dan melancarkan peredaran darah. Dapat juga dimanfaatkan untuk meningkatkan volume air susu ibu (khasiat oyong ini diambil masih dari republika.co.id). Bagi para wanita yang sangat memperhatikan kecantikan dan kesegaran tubuh, oyong juga bisa digunakan untuk melicinkan dan mencegah timbulnya kerutan pada kulit.


Daun tanaman oyong dapat dipakai sebagai obat disentri, melancarkan air seni, melancarkan haid pada wanita, dan sebagai obat muntah. Di India, oyong sering digunakan sebagai penawar racun ular. Sayang sekali dari deskripsi yang banyak tentang khasiat oyong yang saya temukan ini tidak disertai dengan cara atau metode pengobatannya. Maaf ya, mungkin suatu saat setelah saya mencari tahu pada ahlinya akan saya tulis lagi.

Well, ternyata begitu ya. Oyong sungguh luar biasa ya khasiatnya. Jadi makin merasa yakin untuk mengembangkan budidaya oyong. Yah, sebelum mulai budidayanya, santap dulu saja lah sopnya. Enak, segar, penuh berkhasiat lagi.

Semoga nama "Oyong" yang melekat di diri saya juga bisa membawa manfaat layaknya oyong yang dapat menyumbangkan berbagai macam khasiatnya untuk hajat hidup manusia. Amin.

No comments:

Post a Comment